Sunday, May 26, 2013

Money CAN buy everything

Yes...it is!
I can say it again, "money can buy everything in this WORLD..."

Mungkin ada yang gak percaya atau ada yang bilang gak juga..
Tapi aku bilang iya.
Kita gak usah deh sok muna bilang uang bukan segalanya..
Dan dengan sok bijaknya kita bilang uang gak bisa beli segalanya
Ah, that's bullshit..

Let's see..
Uang itu bisa beli kepercayaan seseorang.
Coba kalau ada orang yang suka beliin kamu macem2, suka nraktir, dan kita tau dia punya duit banyak...
Masih ragu gak kamu buat mempercayakan duitmu ke dia?
Dibandingkan dengan orang yg seadanya, yang mungkin makan aja gak 3x sehari dan kita tau dia gak punya uang selain untuk kebutuhan pokok sehari2 aja

Uang itu bisa beli cinta!
Shocking yah?
Mungkin banyak yang gak setuju dan bilang itu bukan cinta yg dibeli...
Well let's see,
Uang itu gak beli cinta secara langsung karna kalo belinya pake duit biasanya yg di dapet cuma napsu doang
Uang itu dipake buat beliin orang yang kamu cintai barang2 yang dia suka,
Uang itu dipake buat bawa dia liburan ke tempat romantis dan nyaman
Uang itu dipake buat beliin dia barang mewah atau gadget mahal
Uang itu dipake buat beli ini itu yang bikin hidupnya nyaman...
Apa gak cinta tu orang?
Hahahaaha...sorry bukan sinis tapi ya begitulah dunia

Masih gak setuju ama aku?
Jawab sendiri deh dalam hati..!

Cheers,
:)'Che

Sunday, May 19, 2013

NeverLand

Did u know about Neverland?
A land where Peter Pan and his friends live.
A place where all they do is play, and they never grow up.

Pernah berfikir bahwa kita juga tinggal di Neverland itu tapi tanpa kita sadari dengan cara yang berbeda.
Semua orang punya Neverlandnya sendiri.
Tempat dimana dia merasa hidupnya ya gitu2 aja masih sama seperti saat dia kecil dulu.

Neverlandku adalah rumah Nyokap.
Well, I said rumah Nyokap karna Bokap udh ga ada lagi.
Buat Nyokap I always be her little girl.
Di matanya aku ini masih anak kecil yang harus dia lindungi dan dia masih ngerasa takut aku mengambil keputusan2 salah dalam hidupku
Well, aku tau itu bentuk rasa sayangnyaoo dia ke aku, aku tau dia gak mau aku menderita.
Tapi terkadang dia lupa aku ini sudah dewasa dan sudah punya rumah tangga sendiri.

Contoh kecilnya aja,
Nanyain tiap minggu aku udh gereja apa belum, gereja di mana...
Kalau dulu aku gak keberatan, tp kalau sekarang aku rasa iman itu urusan manusia pribadi dengan Tuhan.
Dan kita sama sekali ga punya hak buat ngehakimi seseorang dari luarnya.
Kita bukan Tuhan...kadangkala kita lupa itu. Kita pikir jika secara aktifitas kita udh rohani banget maka kita merasa kita wakil Tuhan di dunia dan diberikan hak oleh Tuhan untuk menegur orang2 yang tidak sesuai dengan apa yang kita yakini.

Ya itu hanya contoh kecil aja, banyak hal yang Nyokap tuh terkesan mengatur sampai ke tanaman di rumahku juga...sampai2 dia membibitkan bbrp bunga dan nyuruh aku bawa ke rumah buat di halaman..
Padahal aku paling males yg namanya miara bunga2an...kalo pohon sih mending.
Tinggal ditanam juga tumbuh.

Sepertinya Nyokap harus tau bahwa anak itu waktu kecil anggapla sebagai anakmu yg harus di sediakan apa kebutuhannya dan diatur ini itu.
Kalau dia sudah dewasa maka anggaplah dia teman yang bisa diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran.
Nah, kalau sudah berumah tangga anggaplah dia tetangga yang bisa hidup berdampingan, berbagi hal2 tertentu tapi tidak ikut masuk ke dalam rumah tangganya...hanya sebagai pengamat dr luar dan ikut masuk hanya jika diijinkan..

Overall,
Aku tau itu bentuk rasa sayangnya ke aku...dan aku tau dia lakukan ini ke semua anak2nya,
Tapi aku juga mau dia belajar untuk mengerti, and learn to let go.
Bahwa aku sudah dewasa dan bisa menentukan hidupku sendiri.
So why if make mistakes?
Bukankan dari kesalahan manusia belajar untuk menjadi lebih baik?

Cheers,
:) 'Che

Friday, May 17, 2013

The Right Cheek

This I write while waiting for my friend to arrived..
U know just about this morning I have an argue with my hubbby. A serious one.
Regarding my friend's bad attitude.

U see, I have a friend since my junior high.
Since the day I met her we become inseparable.
We know each other's secret.
And we did a lot of things together.
Whatever happen in our life, no matter how humiliate the experience is, we talked about it and we don't feel shame.
All this time I always consider her as my best friends and I thought she feel the same way about me.

Until one day...
It's not just an ordinary day, it's my wedding day...and she didn't even come...
She said she have no money to buy ticket and travel to such distance and also have no day off left from her office.
I tried to understand and I didn't pushed her. Although the disappointment clearly written all over me.
But that the thing I hate about me.
I didn't have heart to push people to do what I want...I just let them break me and tear me apart.
And later that day I heard that she and her boyfriend and her friends will have a vacay abroad...
What?!! I thought she said she broken?
But there she is...have much money and time for vacay but not care about my big day

From that moment,
I realized that I have been wrong..
She is not a person I used to call best friend.
No.
She changed.

And now,
She had a little problem and need me by her side. I help her through the bad days.
Comfort her just like a friend should do.
And when I want to walk more miles, my hubby told me not to.
He said, did I forget how disappoint I was back day?
When she hurt me and she give no shit about me? Where is she when I need her?

Then I go silent.
Yes, I do still remember that scar
Yes I do remember how hurt I was
But yes I do remember the good older days
When we're together as a best of friends.
I never forget how we bonded.

If she did that things that break my heart and make me feel sad, I don't wanna do such things to her.
I don't wanna be same as her.
Just as Jesus said, "if someone slap u'r left cheek, give them u'r right cheek."
So instead of pay her what she did, I keep gave her my favor.
Coz that's what Jesus would do.

Empty Space

Pernah nggak bertanya pada diri sendiri, kenapa sih manusia punya agama?
Atau, kenapa sih manusia percaya akan keberadaan Tuhan?
Apakah semuanya cuma karna "warisan" turun temurun dari nenek moyang dan kita hanya melanjutkan warisan tersebut? Ataukah agama hanya merupakan budaya atau tradisi?

Ok, coba aku kasi contoh Pernah nggak di suatu masa dalam hidup kalian merasa sangat kosong?
Apapun yang kalian kerjakan gak berdampak apa-apa untuk mengurangi rasa "kosong" yang ganggu banget itu. Kalian berusaha untuk ngumpul bareng teman-teman, baca banyak buku, nonton banyak film, senang-senang, liburan kesana sini, shopping gila-gilaan, gonta ganti pacar, berselingkuh (buat yang menikah) tapi semuanya ga kunjung menimbulkan rasa puas.
Yang ada malah kekosongan itu semakin menggila dan menguasai diri. Kalian mulai bertanya apa yang salah, padahal semua sudah dimiliki.

Ada juga yang mulai menyalahkan keadaan. Buat yang belum menikah mulai menyalahkan keadaaannya yang single dan yakin sekali bahwa menikah adalah solusinya.
Buat yang sudah menikah tetapi belum punya keturunan berfikir punya anak adalah solusinya
Buat yang sudah menikah dan sudah punya anak berfikir masalahnya adalah di pasangan, mulailah saling menyalahkan dan mencari-cari kekurangan pasangannya yang berujung pada perselingkuhan bahkan perceraian
Mungkin yang lain berfikir penyebabnya karna kurangnya materi lalu berusaha mati-matian cari uang lebih banyak siang dan malam tanpa memperdulikan keluarga bahkan ada yang menghalalkan segala cara untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang (padahal uang itu seperti air asin, semakin diminum semakin haus)

Ada yang berusaha menutupi rasa kosong itu dengan hura-hura tiap malam, mencari kesibukan dan hiburan dan ujungnya malah terjerumus kepada kehidupan malam yang menjerat, perzinahan dan obat-obatan terlarang
Ada yang dengan shopping sampai keluar negri, dari atas sampai bawah memakai merk yang paling hits hanya demi menuai kekaguman orang dan pengakuan atas kehebatan dirinya.
Pokoknya, berbagai cara orang untuk menutupi rasa "kosong" tersebut.
Karna setelah apa yang mereka lakukan apakah rasa kosong tersebut hilang? Ooooo, tentu tidak!
Untuk sesaat mungkin ya, tapi rasa itu akan terus kembali dan kembali merongrong. Sampe capek, deh pokoknya ngejalanin hidup yang begitu

Karna itulah manusia butuh Tuhan, manusia butuh agama
Karna itu urusan setiap pribadi dengan Tuhan dan orang sedekat apapun gak akan bisa ikut campur didalamnya.
Gak percaya?
Coba deh, Ketika kamu mulai mendekatkan diri padaNya
Apakah semua materi, kedudukan dan cinta fana itu berarti?
Semuanya NOL BESAR.
Nothing else matter. Ketika kamu dekat padaNya, entah kenapa semua urusan dunia ini ga ada artinya.
Seperti kamu telah menemukan "yang hilang" itu
Dan ga ada sesuatu hal pun yang menghadangmu membuatmu takut
It's beyond all, it's beyond everything

I am a Christian, tapi aku percaya notes ini juga bisa buat agama apapun.
Udah ga jamannya lagi kita nyari kenyamanan dan keamanan dari apapun yang ditawarkan oleh dunia
Yakin deh, semua rasa kosong itu cuma Tuhan yang bisa isi.
Ga percaya?
Coba aja!
Gak mau?
Rugi sendiri deh..! :p

Cheers,
:)'Che

Tuesday, November 01, 2011

Antara Hujan, Langit Sore dan Kamu

I always love twilight.

Maaf, bukan twilight yang diperankan oleh Robert Pattinson atau bukunya Stephanie Meyer…tapi adalah semburat jingga dan terkadang merah yang menghiasi langit senja menjelang malam. Di saat matahari mulai mengalah mundur dari langit dan angin yang berhembus semakin sejuk.
Aku selalu suka langit senja, apalagi jika siang harinya panas terik.
Karna semakin terik harinya maka di waktu sore semakin merah warna langitnya.
Mungkin itulah yang dinamakan adil, dalam setiap keadaan yang menyebalkan tetap selalu ada hal-hal positif dibalik itu semua.
Alasan lain yang membuatku betah berjam-jam memandangi langit sore adalah karna langit sore selalu mengingatkanku padamu.
Pada cerita kita. Yang tak pernah bisa ku lupa, yang terus melekat di kepala seolah baru kemarin terjadi. Dan hanya lewat langit sore aku bisa merasakan kehadiranmu di sampingku.

Seperti senja ini, yang tak ada bedanya dengan senja-senja yang ku lalui di hari sebelumnya.
Ketika penat yang merajalela hadir karena beban pekerjaan hari ini. Aku juga bingung ada apa dengan hari ini.
Ada saja yang salah, mulai dari janji temu dengan Konsul Jepang yang dibatalkan last minute padahal aku sudah bela-belain menyisihkan waktu dan menolak bertemu dengan Direktur perusahaan minyak goreng yang berminat untuk mensponsori acara lomba masak yang akan aku adakan.
Sementara untuk bertemu dengan sang pimpinan perusahaan sendiri aku harus ekstra kerja keras dengan cara meraih simpati Viona, sang sekretaris.
Mulai dari membawakan bingkisan kosmetik dengan alasan yang anehnya ada saja aku katakan sehingga tidak terkesan menyuap hingga berusaha menjadi teman dekat sang sekretaris Direktur yang notabene adalah orang paling norak sedunia.
Tapi apa daya, berhubung sang sekretaris tak lain merupakan keponakan sang Direktur terpaksa aku mengikuti aturan mainnya.
Dan ketika akhirnya aku mendapatkan janji temu dengan sang Direktur dengan sangat menyesal aku meminta janji temu tersebut di reschedule karena pihak Konsul Jepang (sebagai pelaksana program Lomba Memasak ini) memintaku untuk segera datang menghadap karena ada sesuatu hal yang sangat mendesak.
Dan ternyata, pada akhirnya semuanya seperti hancur berantakan...ke hulu tak sempat ke hilir tak dapat.
Waktu aku berusaha mencoba meminta Viona menyisipkan pertemuanku dengan Pak Direktur siang ini di jam makan siang, dengan sangat menyesal Viona mengabarkan bahwa Pak Direktur baru saja terbang ke Surabaya untuk mengurus cabang baru yang akan dibuka disana dan mungkin seminggu lagi akan kembali.
Padahal, jika saja perusahaannya bersedia menjadi sponsor utama maka acara ini sudah bisa dipastikan fix 60%.

Tapi apa daya, sepertinya alam semesta mendukungku untuk bersantai sejenak siang ini. Maka sebelum aku kembali ke kantor untuk meeting dengan anak-anak yang lain maka ku sempatkan singgah di Dunkin Donuts untuk secangkir Ice Cappucino.
Ketika duduk di terasnya, aku baru menyadari bahwa hari sudah beranjak sore dan langit memerah karna panas menyengat tadi siang.
Warnanya begitu magis hingga aku meraih ponsel ku dan mengabadikan langit itu. Tiba-tiba terdengar alunan lagu yang menggema dari ponsel seseorang di meja sebelahku,

“...you know i can’t smile without you
Can’t smile without you
I can’t laugh, and I can’t sing
I finding it hard to do anything....”


Seperti tersengat listrik, aku mencari sumber suara dan melihat seorang Bapak menjawab panggilan masuk tersebut. Tersentak karena aku sudah lama sekali tidak mendengar lagu itu. Lagu yang sangat bersejarah dalam hidupku. Lagu yang mengingatkanku padamu. Tanpa sadar aku kembali menatap langit sore yang merahnya semakin lama semakin memudar sampai akhirnya digantikan oleh warna hitam yang menyelimuti bumi.

Ku hela nafas panjang, tak ingin sebenarnya aku mengingat-ingat lagi apa yang pernah terjadi diantara kita. Buatku kisah kita hanyalah seperti permainan roller coaster 10 menit. Yang mampu mengaduk seluruh emosi yang aku punya, tumpah ruah hanya untuk 10 menit tersebut. Untuk kemudian setelah semuanya selesai yang tinggal hanyalah pusing, mual dan kenangan yang tidak akan pernah lekang. Untuk mengulanginya lagi? Belum tentu aku sudi. Seringkali ketika aku ditanya teman-temanku, aku menjawab dengan sedikit berkelakar bahwa yang terjadi antara aku dan kamu hanyalah Summer Love, Cinta Satu Malam, dan sejenisnya.

Irama soundtrack sebuah drama serial Korea mengagetkanku, cepat-cepat ku lihat layar handphone dan buru-buru menekan hijau untuk menerima panggilan tersebut.

“Yes, Beib?”
“Kamu dimana, Beib? Aku telpon ke kantor tadi katanya kamu lagi keluar ya?”
”Iya nih, Beib...aku masih di Jalan Gajahmada mampir sebentar beli Ice Cappucino”
“Aduh, kok ngopi lagi sih? Kamu kan tau kamu ga boleh ngopi lagi, Beib...apalagi yang disitu, nanti kamu kaya kemaren lagi loh jantungnya sesak” terdengar nada kuatir yang tulus dalam suaranya.
“Ini terakhir deh..”
“Perasaan minggu lalu itu kamu bilang yang terakhir, kan?”
“Maksudnya, terakhir dalam minggu ini Beib...minggu depan lagi deh baru aku minum Ice Cappucino sini lagi”
“Ha.Ha.Ha...ga lucu, Beib!” suaranya meninggi. “Kamu kan tau aku sayang banget sama kamu dan aku ga mau liat kamu sakit lagi..” suaranya berubah menjadi lebih lembut. Bisa ku bayangkan raut wajahnya saat mengatakan kalimat itu. Kalimat bernada kuatir yang selalu dia lontarkan saat aku membandel dengan apa yang dia bilang.
“Iya, Beib...iya aku tau tapi kepalaku pusing banget tadi semua janji pada dibatalin sama client-client kamu kan tau juga kalo pusing aku nyari kopi” sahutku manja, karna hanya dengan nada suara ini aku bisa melunakkan amarahnya.
“Ya udah..lain kali kalau kamu pusing mending kamu minum air putih deh ya. Jaga kesehatan kamu” tuh, kan bener...berhasil deh rayuan pulau kelapanya 
“Iya...iya...eh, aku mau balik ke kantor dulu yah Beib ada meeting nih sama anak-anak, ga enak dong masa aku yang in charge meeting malah aku yang telat”
“Ya udah, hati-hati di jalan yah..kabarin kalau kamu udah mau pulang. Bye my sweetheart. I love you”
“I love you, too”

Bergegas ku tinggalkan kedai kopi menuju sedan merah yang terparkir manis di parkiran. Ku lirik jam tangan ternyata sudah pukul 18.30 dan setengah jam lagi meeting akan dimulai. Untungnya Medan walaupun merupakan kota ke-3 terbesar setelah Jakarta dan Surabaya tidak begitu macet. Seperti yang aku selalu katakan ke orang-orang yang bukan tinggal di Medan, “Di Medan mana ada yang jauh...” That’s why I love this city dan belum ada niat untuk pindah ke kota yang lebih besar walaupun pastinya karirku bisa melesat lebih cepat di kota yang lebih besar.

Tak sampai 20 menit kemudian aku sudah sampai di depan sebuah bangunan kuno yang memang merupakan rumah model jaman Belanda dulu. Warnanya sengaja kami cat dengan warna hitam bergaris kuning cerah seperti menegaskan nama perusahaan kecil kami “YELLOW STRIPES”. Bangunan yang bercorak menarik ini memang sengaja kami cat demikian dengan harapan setiap orang yang melintas akan merasa penasaran. Untungnya seorang teman yang memang sepertinya sudah kelebihan properti menyewakannya kepadaku untuk usaha yang aku rintis bersama dengan beberapa teman dekatku. Sebenarnya kata “menyewakan” sangat tidak tepat mengingat harga yang dia berikan benar-benar hanya seperti biaya bensinku satu bulan. Awalnya dia memaksaku untuk memakai rumahnya itu secara cuma-cuma karena pada awal aku merintis usaha Event Organizer ini Aku, Dennis dan Bianca hanya dapat menyewa satu ruko berlantai 2 yang sempit dan berada cukup jauh dari pusat kota. Dan hal ini seringkali menjadi kendala karena jika semakin dekat dengan hari-H event maka kantor akan semakin sesak dengan orang-orang yang datang dan pergi mengantarkan pernak-pernik design, spanduk, banner, backdrop yang cukup besar sementara tempat untuk menampung semuanya kadang terkesan dipaksakan. Kadang malah beberapa barang yang tidak muat kami titipkan di rumahnya Dennis walau kadang dia protes,

“Rumah, gudang ama kantor kok makin ga ada bedanya yah?” yang Bianca dan aku hanya tanggapi dengan senyum manis.
Karna memang hanya rumahnya yang memungkinkan untuk menampung semuanya karna Bianca dan aku sama-sama masih tinggal dengan orangtua.
“Kemana aja, cumi..?!” sapa Bianca
“And good evening to you, too...manisku” balasku
“Manis..kucing, kaleee..!” sambutnya, “Gimans, perburuan hari ini sukses, kah? Udah ada kabar dari Om-nya Viona? Trus gimana dengan Konsul Jepangnya? Udah ketemu?” cecarnya
“Aduh, ni orang ya...belum lagi narik napas udah diteror aja sama pertanyaan. Sabar, neng...jawabannya sekalian aja yah waktu kita meeting? Dennis mana?” tanyaku
“Am here!” sambung Dennis dengan mulut penuh mi instan.
“Aduh, udah berapa kali sih aku bilangin..ga baik tau, sering-sering makan mi instan kayak gini, Den. Kamu tau nggak, pencernaan kita itu cuma bisa mentolerir mi instan kayak gini 3 hari sekali. Lha, kamu malah 3 hari berturut-turut makanannya beginian terus!” celoteh Bianca sambil berusaha merebut mangkok di tangan Dennis yang dengan lincahnya berkelit.
“Tenang aja, darling...kalau begitu 9 hari ke depan saya ga akan makan mi instant”
“Lho, kok?” tanya Bianca kebingungan
“Ya iyalah, 3 hari berturut-turut dikali dengan 3 hari yang seharusnya aku ga makan mi instan” jawabnya kalem
“Aaarrrggghhh...bukan gitu, Den..”
“Udah! Stop..stop! Come on you too, we have a meeting to catch, remember?” kataku sambil mengetuk-ngetukkan kuku di jam tanganku.

Kalau tidak ada yang melerai mungkin dua orang ini ga akan berhenti saling menghina dan bertengkar. Keduanya memang terkenal tidak akur tapi anehnya kalau yang satu tidak ada maka yang lain akan kehilangan dan merasa rindu. Aku adalah saksi ketergantungan mereka berdua tapi tetap saja mereka tidak mau mengakuinya.
Tenang, diantara mereka tidak ada benih cinta kok, keduanya sama sekali tidak memiliki rasa lain selain persahabatan. Sama sepertiku, hubungan kami bertiga ibaratnya saudara kembar. Karena memang aku mengenal keduanya sejak duduk di bangku SMP. Kami sejak dulu memang dekat dan apa pun yang kami alami bersama semakin memperkuat dan memperkaya hubungan persahabatan kami. Hobi dan kesukaan masing-masing pun menjadi perekat hubungan diantara kami. Maka ketika banyak yang merasa skeptis melihat niat kami membuka usaha bersama malah membuat kami merasa semakin terpacu. Maklum saja banyak yang mempercayai bahwa dengan bisnis hubungan persaudaraan saja bisa pecah apalagi hubungan persahabatan. Bukannya kami dari awal tidak mengetahui konsekuensinya, kami sangat memahami itu sehingga merencanakan semuanya dengan sebaik-baiknya. Perusahaan kami sah secara hukum dan pembagian sahamnya pun di bagi dengan seadil-adilnya sesuai dengan modal awal masing-masing. Dennis kebetulan mendapatkan saham 40% sementara aku dan Bianca masing-masing 30%. Kami sengaja berkelakar dengan mengatakan,
“Kamu kan laki-laki, jadi kamu memang harus punya saham lebih besar buat menghidupi keluarga kamu nantinya kalau kami berdua sih pastinya mendapat laki-laki kaya dan paling usaha ini cuma alat buat gaul aja” yang tentunya pernyataan kami ini disambut dengan jitakan di kepala kami berdua oleh Dennis.
“Okay, now...” Dennis mulai memimpin rapat malam itu dengan memaparkan sudah sampai sejauh mana progress event yang kami rencanakan.
Tim yang kami punya walaupun hanya terdiri dari aku, Bianca, Dennis, Boy, Rangga dan Salim sudah merupakan tim yang solid. Untuk urusan administrasi dan keuangan dipegang oleh Bianca, untuk urusan lapangan dan yang memerlukan tenaga besar mulai dari setting tempat, sound system, urusan-urusan teknis kami serahkan kepada Dennis, Boy dan Rangga sementara Salim urusannya design dan publikasi dan aku sendiri memiliki tugas untuk mencari client baru. Kalau untuk ide-ide kreatif biasanya ditelurkan bergantian baik oleh aku, Bianca dan Dennis dan seringkali setelah ide itu muncul maka yang lain akan menambahkan bumbu-bumbunya hingga konsepnya semakin matang.
“Olive, kamu udah sampai mana nih sama clientnya?” tanya Dennis padaku.
“Rencana hari ini gatot, Den...” jawabku
“Hah? Kok bisa sih kamu jadinya malah ketemu sama Om Gatot? Emang apa hubungannya event yang sekarang sama opera Jawa?” tanya Dennis bingung, Bianca pun sama herannya.
“Yeee...gak gaul amat sih jadi manusia! Makanya, sesekali nonton tv, baca koran, dengar radio yah biar gaul dikit, gitu” timpalku, “Gatot itu artinya Gagal Total, tauu..!”
“Ooo...” koor Dennis dan Bianca
“Kenapa bisa gitu, Nang?” sambung Bianca. Inang adalah panggilan sayang mereka berdua padaku karna diantara mereka hanya aku yan bersuku Batak sementara Bianca berdarah Chinese dan Dennis berdarah Ambon.
“Ya bisa aja. Nakamura San tiba-tiba ada urusan mendadak keluar kota sementara kalian kan tau pertemuan dengan Direktur perusahaan minyak goreng Star Oil ga jadi karna ada panggilan mendadak dari Konsulat Jepang. Tapi tenang aja, Viona udah mengusahakan kita teleconference dengan Pak Djaya, Dirut perusahaan itu karena memang bisa dipastikan Pak Djaya pulangnya minggu depan sementara buat kita setiap detik itu berharga” jelasku panjang lebar yang disambut dengan gerakan manggut-manggut keduanya.
“O, ya..aku baru ingat nih” celetuk Bianca. “Kemarin itu si Ibu sebelah tanya kita jadi ga nambahin komputer baru soalnya dia bilang sih perusahaan tempat anaknya kerja lagi ada promo gede-gedean buat laptop. Memang modelnya sedikit lebih jadul tapi spesifikasinya hampir sama tuh ama yang baru mereka keluarin” sambungnya lagi.
“Ya udah” jawab Dennis. “Sepertinya memang laptopnya Salim udah mulai soak, deh..tolong sampein ya Bi ke Ibu itu kita mau deh ambil. ASAP, yah”
“Okie Dokie, beres Tuan Besar” jawabnya sambil menaruhnya di buku catatan ajaibnya.
Ni anak memang ga bisa kemana-mana tanpa buku catatan karena terkenal pelupa. Pernah suatu kali dalam sebulan Yellow Stripes mengerjakan hingga 5 event sekaligus dan waktu itu kami sampai menambah beberapa orang untuk membantu. Salah satu client pada saat itu adalah sebuah komunitas narsis yang terkenal suka sekali “mejeng” di media. Setiap kali mereka melakukan kegiatan, mereka tak segan mengeluarkan biaya lebih asalkan dapat dipastikan media cetak dan elektronik sebanyak mungkin meliput kegiatan mereka. Buat kami sih, hal ini tidak menjadi masalah karena apa pun permintaan client, no matter how odd, it’s our command. Karena memang tag-line dari Yellow Stripes adalah “Your Wish Is Our Command”.

Yang menjadi masalah pada saat itu justru karena Bianca yang lupa mengundang media elektronik. Dia hanya mengundang media cetak. Padahal sudah aku peringatkan jauh hari namun mungkin karna pekerjaan yang over load menyebabkan dia lupa untuk melaksanakan yang satu itu. Ketika hari-H, semua sudah bersiap-siap dan iseng aku tanyakan ke Bianca,
“Biyan..gimana media elektroniknya, udah kamu undang kan?”
Dan dengan seruan keras yang mengagetkan dia menjerit “OMAIGOT..!!! Oliveee..! Kenapa ga kamu ingetin sih dari kemaren?!”
“Yee, kan tugasnya situ...gimana sihh?!”
Maka dengan paniknya dia menelpon beberapa media elektronik untuk meliput kegiatan mereka. Hampir nangis dia ketika mulai panik. Terbayang di kepalanya amukan dari si client dan tentunya Dennis yang akan sangat murka. Melihat raut wajahnya yang panik, aku jatuh kasihan. Untungnya aku memiliki banyak teman di media sehingga at the end of the day, kami semua merasa lega dan senang dengan hasil yang kami capai. Dan sejak kejadian itu Bianca berkeputusan untuk menenteng buku catatan kemanapun dia pergi.
Setelah meeting yang menghabiskan waktu selama 1 jam tersebut,
“Inang, cari makan yuk...laperr” rengek Bianca
“Iya nih, aku juga” timpal Dennis
“Kalo kamu sih laper terus kali, Den..” tuduh Bianca
Belum sempat Dennis membalas aku langsung menggandeng keduanya dan berkata, “Udah...udah, ga bakal makan nih kalau kalian udah mulai bertengkar..hayuk , ah!”
Akhirnya kami bertiga dengan menaiki mobilnya Bianca meluncur ke bilangan jalan Dokter Mansyur. Warung Triboy menjadi pilihan kami kali ini, selain warung ini memiliki sejarah buat kami pemilik dan petugas warung juga sudah familiar dengan kami. Mi acehnya terkenal paling enak disini. Dulu sekali, jaman SMA kami yang memang sengaja memilih SMA yang sama sering berlama-lama nongkrong di tempat ini. Ada saja alasan yang membuat kami betah berlama-lama disini. Kadang sambil menunggu Bianca yang les bahasa Inggris di seberang warung ini, kadang juga menemani Dennis ngecengin anak SMK di dekat warung. Kalau aku sih biasanya ikut aja dengan apa maunya mereka, asalkan ditraktir.
“Bang, biasa ya..” kata Bianca
Sanking udah seringnya kami kemari, si abang tukang masak udah hafal pesanan kami; Bianca selalu minta mi aceh yang di goreng kering dengan ekstra sambel dan kecap, Dennis minta mi aceh kuah dengan ekstra bawang tetapi tidak terlalu matang, sementara aku selalu memesan menu yang sama : mi aceh goreng sedikit basah. Dan minumannya pun selalu itu-itu saja: Mandi, alias Teh Manis Dingin. Ketika menunggu pesanan datang, handphone ku bergetar. Segera ku buka inbox handphoneku.
“Malam, Beib...lagi dimana? Udah makan kamu?”
Segera aku balas, “Malam, Beib. Ini lagi mau makan”
Tak lama masuk sebuah balasan, “Makan dimana? Bareng siapa?”
“Ini ama anak-anak, ada Dennis dan Bianca. Di warung mi aceh langganan. Kamu udah makan?”
“Belum nih, Beib. Can I join you guys?”
“Woi, sibuk aja sendiri!” suara Bianca mengagetkanku.
“Iya nih, Jonah sms dia katanya belum makan dan pengen gabung ama kita disini. Boleh ya?” pintaku
“Ya boleh,lah..suruh dateng aja..aku bosan jadi orang yang ganteng sendiri nih” jawab Dennis.
Walau sekilas tapi aku bisa melihat kilatan rasa tak senang dari keduanya. Entah dimana salahnya tetapi aku selalu bingung mengapa mereka tidak pernah bisa berteman akrab pada Jonah seakrab denganku. Selalu ada tembok yang susah sekali ditembus jika kami berkumpul.
Candaan yang super bodoh dan konyol, yang menjadi ciri khas pertemanan kami pun jarang sekali terlontar. Mereka seperti menahan diri. Tapi Jonah sepertinya tidak begitu sadar akan hal ini bahkan tidak ambil pusing sama sekali. Yang Jonah selalu katakan adalah, “ah...biasa itu mungkin karena mereka terlalu sayang sama kamu dan mereka belum terbiasa untuk menerima kehadiranku yang sekarang semakin menyita waktumu.” Dan ketika aku bertanya pada Dennis dan Bianca mereka hanya berkata,
“Perasaan kamu aja kali, Nang...kita sih orangnya asik-asik aja. Lagian ada yang mau sama kamu aja kita udah bersyukur banget, tau! Ya kan, Den?”
Dan selalu dijawab dengan kata “Yoi..” dari Dennis.
“Nyusul aja, Beib. Sekarang yah” balasku
“Ok, am OMW”
Tak sampai 10 menit seiring dengan datangnya pesanan kami masing-masing, Jonah pun datang. Dengan rambut gimbal sepunggung kebanggannya. Sudah beberapa kali aku membujuknya untuk memotong rambutnya itu tapi tak pernah berhasil. Kecintaannya pada Bob Marley, Tattoo dan musik Reggae sudah sangat meracuni pemikirannya. Dan gayanya yang cuek selalu dengan sendal jepit, kaos dan celana selututnya yang memamerkan tattoo tribal Indian yang sudah ada sejak kami jadian dulu. Seringkali jika kami jalan berdua, kami seperti bumi dan langit. Aku yang selalu fashionable dan dia yang selalu dengan gaya slenge’an. Sulit sekali rasanya mengajaknya pergi ke undangan kawinan dan memakai baju yang rapi. Apalagi usaha bengkel yang dia geluti memang tidak perlu kostum rapi, jadilah dia orang yang memang tidak suka berpakaian rapi.
“Hai, Beib..” sapanya sambil mengecup ubun-ubun kepalaku. Samar tercium aroma musk yang aku suka dan tak pernah aku merasa bosan menghirupnya. Aroma itu seperti membangunkan saraf-sarafku dan menarikku kepada kenangan-kenangan manis yang kami alami bersama.
Sambil tersenyum aku berkata, “Hai..I miss you today, you know!”
“Hoeekk..” tiba2 Bianca bersuara, “Masih ada orang, woy!”
“Eh, udah bayar sewa belum, Bi ke mereka?” sambung Dennis. Memang itu adalah candaan diantara kami. Karna adanya pepatah yang mengatakan ‘Dunia serasa milik berdua, yang lainnya ngontrak’ maka jika melihat ada pasangan yang menampilkan public affection maka kami akan melontarkan kalimat yang sama.
Aku hanya tertawa dan berkata, “Dilarang sirik! Makanya, punya pacar tetap dong..jangan semua sekali pake buang gitu”
“Ya iyalah, secara...di dunia ini banyak banget cowo lucu, masa mau bertahan dengan satu orang aja?” balasnya yang kami tanggapi dengan tertawa keras.
Dan langsung saja Dennis mengajak Jonah ngobrol tentang mesin dan pembicaraan khas cowok lainnya sementara aku dan Bianca membahas siapapun yang melintas di hadapan kami. Kebiasaan buruk yang suka iseng kami lakukan yaitu menjadi dubber orang-orang yang kebetulan lewat ataupun yang berada jauh dari kami yang kelihatannya menarik untuk dikomentari. Ini adalah kebiasaan yang tak pernah gagal membuat kami tertawa cekikikan berdua. Sekilas aku mencuri pandang ke arah Dennis dan Jonah yang masih sibuk dengan pembahasan mereka. Dalam hati kecilku aku tak pernah berhenti berharap semoga Jonah fit in di inner circle kami karena hal terakhir yang aku inginkan adalah memutuskan persahabatanku dengan keduanya.


---to be continue---

Tuesday, February 08, 2011

Count The Blessings

Sebuah sms dari seorang teman mengejutkan ku.
Dia mengirimkan pesan pendek yang berbunyi demikian, "lagi ngapain lu? gw pengen cerita..gw depresi"
OMG, langsung aku balas dengan pesan singkat, "skype mu nyala? kita chat disana aja"

Then, kita chat by skype.
Selidik punya selidik ternyata si wanita tangguh dan mandiri ini sedang depresi karna lagi break dari kerjaannya (karna kerjaannya merupakan kerjaan yang tergantung project ada apa nggak). Dan dia udah ngelamar kemana-mana so far tapi belom ada panggilan kerja. Dan yang bikin dia makin depresi...dia kepikiran dengan segala sesuatu yang dia rasa belum "settle" dalam hidupnya.
Dia bilang "gw belum punya sesuatu yang bisa gw banggain, gw belum punya apa-apa...kalau gw bandingin dengan temen2 gw yang udah punya rumah, kendaraan sendiri di umur yang sama"
Dan dia mulai mengasihani dirinya sendiri, tenggelam dalam kesedihan sampai-sampai menurut pengakuannya dia sudah mendatangi psikolog untuk konseling.
Dan malah itu pun ga membawa dampak apa-apa untuknya...

Padahal kalau aku liat kebelakang kehidupannya sebenarnya ga gitu2 amatlah.
Dia punya banyak hal yang dia bisa banggakan...
Kerjaannya yang cukup bikin aku ngiri karna udh berhasil pergi ke mana-mana sampai dia udh menginjakkan kaki di Paris, kota impiannya yang dari dulu dia idam2kan.
Dia udh bisa mandiri sejak lama gak minta uang dari orangtuanya lagi.
Itu semua prestasi, lho...!

Tapi kenapa semua pencapaian itu jadi bernilai nol hanya karena satu momen yang tidak sesuai dengan harapan kita?
Sepertinya tidak adil kita tidak menghitung berkatNya secara menyeluruh

Padahal bukankah sudah sepantasnya kita tetap bersyukur walau apapun yang terjadi dalam hidup?

Men VS Women

Seringkali kita mendengar istilah "Men are from Mars and Women are from Venus". Lha? bukannya pria dan wanita sama-sama dari bumi? Kenapa jadinya disebutkan pria dari Mars dan wanita dari Venus.
Artinya bukan itu...maksudnya adalah karena melihat adanya perbedaan yang sangat mencolok antara pria dan wanita. Bukan hanya dari segi fisiknya tapi juga dari segi pemikiran, perasaan, pengambilan keputusan dan juga tindakannya di keseharian.

Saya pernah mendengar ceramah bagaimana bagaimana pria dan wanita itu sangat berbeda. Dimana lelaki itu biasanya bertindak dengan pikirannya sedangkan perempuan bertindak dengan perasaannya. Jadi, sangatlah salah bagi si perempuan ketika menanyakan pendapat pada para lelaki dengan kalimat, "Menurut perasaanmu gimana?" karna si lelaki secara alami "tidak punya perasaan", hehehe...

Dan hal inilah yang seringkali memicu pertengkaran antara pria dan wanita. Dan sangatlah sia-sia jika sang perempuan mengatakan "kamu nggak ngerti perasaanku" karna Pria memang tidak di "design" untuk merasakan. Dan juga satu lagi kebiasaan buruk wanita yang seringkali memancing pertengkaran diantara pasangan adalah, si Wanita sering memendam perasaan dan keinginannya terhadap Pria. Sebenarnya dia menginginkan perlakuan tertentu dari si Pria tapi dia menunggu untuk si Pria ngerti sendiri. Now, u know..that not gonna happen, girls!
Jika kamu ingin dia tau perasaanmu...katakan! Jika kamu ingin diperlakukan dengan perlakuan khusus...katakan! Jika ada yang tidak kamu sukai dari kebiasaannya..katakan! Jangan hanya diam dan menunggu, karna itu perbuatan yang sia-sia.

Jadi, walaupun ada ungkapan "Men are from Mars, Women from Venus" bisa kita tanggapi dengan ungkapan, "Men from Earth and Women from Earth too..so, deal with it..!"
Pria dan Wanita sama-sama manusia, cara terbaik untuk bisa hidup berdampingan satu dengan yang lain adalah dengan cara memahami satu sama lain dan jangan lupakan hal pentting lainnya adalah, "KOMUNIKASI" karna itulah gunanya diciptakan bahasa...untuk mempersatukan!

Cheers,
=)'Che

Sunday, February 21, 2010

will you marry me?

He came to my house on the day after valentine day,
Suprised me with this simple yet romantic poem..

I know..
It'd be spirit of my day
Seeing you first in the morning
It'd be peaceful to kiss you
At night before we sleep
And it'd be a blessing for me
If you let me live
In this beautiful world
Along my life
Side by side to your heart
Will you marry me?

Tuesday, February 02, 2010

Melihat ke Belakang

"the flap of a butterfly wing in China can create a storm across the world in America"
[French Proverb]

Ungkapan diatas mungkin sangat membingungkan bagi pembaca.
Aku juga berfikiran sama..bagaimana mungkin sebuah kepakan sayap seekor kupu-kupu, yang tentunya tidak sebesar gajah, bisa menyebabkan badai di belahan bumi yang lain?
Mungkin, kah?

Sangat mungkin!
Karna ternyata kita semua saling terhubung di dunia ini.
Tidak bisa kita katakan bahwa tindakan kita tidak berakibat bagi orang di belahan dunia yang lain.
Pada kenyataannya hal sekecil apapun yang kita lakukan setiap hari akan berdampak bagi orang lain di seluruh dunia, baik itu berdampak positif ataupun negatif.

Contoh kecil saja, misalnya saja kebiasaan kita membuang sampah di sembarang tempat..
katakanlah di jalan, mungkin kita berfikiran bahwa "ah, itu kan cuma bungkus permen.." atau "ah, kan cuma kertas tiket tol saja.."
Pernahkah terfikir olehmu bahwa sampah "kecil" itu akan bergabung dengan sampah2 lainnya yang juga dibuang oleh manusia-manusia yang memiliki fikiran sama denganmu dan seperti pepatah yang mengatakan "sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit" maka sampah-sampah kecil itu semakin lama semakin membukit.
Mending kalau pembuangannya tepat atau lebih bagus lagi seandainya sampah-sampah itu dikelola dengan baik.
Sayangnya seringkali sampah-sampah dari orang yang tidak bertanggung jawab itu terbuang ke tempat-tempat yang tidak semestinya.
Misalnya di got-got, di lorong-lorong jalan bahkan di sungai-sungai.
Jelas akibatnya jika membuang sampah di sungai maka akan mengakibatkan meluapnya air sungai jika terjadi hujan lebat dan akhirnya terjadilah banjir.
Kalau sudah begitu pernah terfikir itu karna ulah manusia?
Alam pun tidak akan mengamuk kalau keseimbangannya tidak terganggu!

Tetapi ada hal yang lebih besar lagi yang bisa terjadi jika kita terus menerus mengulangi kesalahan itu dan masa bodoh terhadap keseimbangan alam.
Pernahkah terfikir di kepala kita bahwa sampah yang kita buang bisa sampai ke belahan dunia yang lain?
Tidak percaya?
Baru-baru ini sebuah taman nasional di Mexico mengalami pencemaran lingkungan, mereka heran darimana datangnya sampah-sampah tersebut dan setelah diteliti...sampah tersebut asalnya dari Maroko!
Kalau demikian adanya, saya yakin sekali akan ditemukan banyak sampah-sampah di negara-negara lain yang asalnya dari Indonesia!
Jadi, jangan katakan lagi bahwa dampak-dampak pemanasan global dimana-mana itu tidak ada andil dari diri kita...salah besar!
Sudah berapa banyak kebakaran hutan di Indonesia yang mengakibatkan terganggunya negara tetangga?
Sudah berapa banyak hutan-hutan yang ditebang oleh masyarakat kita dimana seharusnya Indonesia merupakan salah satu negara kantong oksigen!
Hutan kita seharusnya menjadi kebanggaan kita..
Memangnya kalian fikir mengapa negara-negara lain perduli pada hutan-hutan di Indonesia?
Karena mereka sudah tahu bahwa penebangan hutan di Indonesia akan berakibat buruk bukan hanya pada Indonesia itu sendiri tapi juga pada negara-negara di seluruh dunia.

Masihkah kita masa bodoh, tidak perduli dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri sementara di belahan dunia lain saudara-saudara kita yang kena dampaknya?
Mari berfikir jauh sebelum melakukan tindakan, akankan merugikan orang lain atau tidak.
Karena pada kenyataannya memang kita hidup dengan bantuan orang lain.
Bencana alam, di belahan dunia manapun..adalah dampak dari ketidak perdulian kita.
Jangan salahkan siapa, mari berkaca saja dan lihat diri sendiri apakah kamu dan saya sudah melakukan yang terbaik atau tidak..

Salam!
:)'Che
[Inspired by Robert Goyette's, editor-in-chief Reader's Digest Canada]

Sunday, January 17, 2010

*Beri Cinta Kesempatan*

Itu itu lagi bahasannya,
udah kesana kemari masih itu juga yang dipermasalahkan.
Ada banyak tanya dan "mengapa" yang terbersit di kepala
Bukan hanya aku yang mengalaminya tapi banyak orang lain yang juga memiliki pengalaman yang sejenisnya.
Kenapa manusia masih saja suka menilai nilai dan menghakimi sesamanya manusia.
Adakah seseorang itu bisa dinilai hanya dari suku, agama, ras dan daerah tempat dia lahir dan dibesarkan?
Bagaimana mungkin kita bisa mengetahui sifat dan karakter seseorang hanya dari suku/agama/ras/bangsa/daerah tempat tinggalnya/latar belakang keluarganya?
Memangnya siapa kita ini?
Tuhan?

Yang lebih aneh adalah,
seolah-olah kita bisa memilih untuk dilahirkan sebagai suku apa,
bisa memilih dilahirkan oleh orangtua yang bagaimana,
memilih untuk jatuh cinta pada siapa.
Sejauh ini dari yang aku ketahui sih kita ga bisa tuh memilih jatuh cinta ke siapa,
bisa dateng kapan aja dimana saja dan pada siapa saja.

Jadi,
agak-agak aneh menurutku kalau orang tua memaksakan kehendak dan
melarang anaknya untuk jatuh cinta ke siapa.
Harus satu bangsa,
harus satu suku,
harus satu agama,
harus satu aliran,
harus ini...harus itu...
kalau memang harus se-spesifik itu...
Incest aja!
Nikah aja sama saudara sendiri!

Tuhan menciptakan perbedaan agar manusia bisa saling menerima kelemahan dan kelebihan sesamanya, agar manusia tidak ada yang merasa dirinya "lebih" dibandingkan dengan sesamanya.
Jadi, siapakah kita...sehingga kita menolak perbedaan itu?
Harusnya kita berdamai dengan perbedaan itu..
Karna bahkan di dalam perbedaan itu pun pasti terdapat kesamaan

Maka dari itu,
dengan mengabaikan hal-hal yang sebenarnya tidak penting,
beri Cinta itu kesempatan, kenal dia terlebih dahulu
biarkan dia bertumbuh dan membuktikan dirinya
Apakan dia pantas atau tidak itu semua akan terungkap sendiri..


Cheers,
;) "Che